SISTEM KARDIOVASKULER
Sistem sirkulasi terdiri dari atas sistem kardiovaskuler dan limfe. Sistem
karidovakuler terdiri dari
struktur-struktur sebagai berikut:
1. Jantung, yang berfungsi untuk memompa darah.
2. Pembuluh darah yang berfungsi untuk mengalirkan darah menuju ke jaringan
dan sebaliknya.
3. Cairan darah yang berfungsi mengangkut O2 dan CO2, zat-zat makanan dsb ke
jaringan dan sebaliknya.
Jantung
Jantung merupakan organ muskuler yang dapat berkontraksi secara ritmis,
dan berfungsi memompa darah dalam sistem sirkulasi. Secara struktural dinding
jantung terdiri atas 3 lapisan (tunika) yaitu,
1. Endokardium terletak pada lapisan subendotel. Sebelah dalam dibatasi oleh
endotel. Endokardium tersusun atas jaringan penyambung jarang dan banyak
mengandung vena, syaraf (nervus), dan cabang-cabang sistem penghantar
impuls.
2. Miokardium terdiri atas sel-sel otot jantung. Sel-sel otot jantung dibagi dalam 2
kelompok; sel-sel kontraktil dan sel-sel yang menimbulkan dan menghantarkan
impuls sehingga mengakibatkan denyut jantung.
3. Epikardium merupakan membran serosa jantung, membentuk batas viseral
perikardium. Sebelah luar diliputi oleh epitel selapis gepeng (mesotel). Jaringan
adiposa yang umumnya meliputi jantung terkumpul dalam lapisan ini.
Katup-katup jantung terdiri atas bagian sentral yang terdiri atas jaringan
fibrosa padat menyerupai aponeurosis yang pada kedua permukaannya dibatasi oleh
lapisan endotel.
Persyarafan jantung tersusun atas sistem yang menimbulkan dan
menghantarkan impuls pada jantung. Sistem yang menimbulkan dan
menghantarkan impuls dari jantung terdiri atas beberapa struktur yang
memungkinkan bagi atrium dan ventrikel untuk berdenyut secara berurutan dan
memungkinkan jantung berfungsi sebagai pompa yang efisien. Sistem ini terdiri
atas:
1. Simpul sinoatrial (dari Keith dan Flack) sebagai alat pacu (pace maker) jantung.
2. Simpul atrioventrikuler (dari Tawara).
3. Juga terdapat berkas atrioventrikuler (berkas His) yang berasal dari simpul
atrioventrikuler dan berjalan ke ventrikel, bercabang dan mengirimkan cabangcabang ke kedua ventrikel.
Otot jantung mempunyai kemampuan autostimulasi, tidak tergantung dariimpuls syaraf. Sel-sel otot jantung yang telah diisolasi dapat berdenyut dengan iramanya sendiri. Pada otot jantung, sel-sel ini sangat erat berhubungan dan terjadi pertukaran informasi dengan adanya gap junction pada discus interkalaris.Bagian parasimpatis dan simpatis sistem autonom mempersyarafi jantung membentuk pleksus-pleksus yang tersebar luas pada basis jantung. Pada daerahdaerah yang dekat dengan simpul sinoatrial dan atrioventrikuler, terdapat sel-sel syaraf ganglion dan serabut-serabut syaraf. Syaraf-syaraf ini mempengaruhi irama
jantung, dimana perangsangan bagian parasimpatis (nervus vagus) menimbulkan
perlambatan denyut jantung, sedangkan perangsangan syaraf simpatis mempercepat
irama pace maker.
Pembuluh Darah
Struktur Umum Pembuluh-Pembuluh Darah
Pembuluh darah biasanya terdiri atas lapisan-lapisan sebagai berikut:
1. Tunika intima (tunika interna) terdiri atas selapis sel endotel yang membatasi
permukaan dalam pembuluh. Di bawah endotel adalah lapisan subendotel,
terdiri atas jaringan penyambung jarang halus yang kadang-kadang mengandung
sel otot polos yang berperan untuk kontraksi pembuluh darah.
2. Tunika media terdiri dari sel-sel otot polos yang tersusun melingkar (sirkuler).
Pada arteri, tunika media dipisahkan dari tunika intima oleh suatu membrana
elastik interna. Membran ini terdiri atas elastin, biasanya berlubang-lubang
sehingga zat-zat dapat berdifusi melalui lubang-lubang yang terdapat dalam
membran dan memberi makan pada sel-sel yang terletak jauh di dalam dinding
pembuluh. Pada pembuluh besar, sering ditemukan membrana elstika externa
yang lebih tipis yang memisahkan tunika media dari tunika adventitia yang
terletak di luar.
3. Tunika adventitia terdiri atas jaringan penyambung dengan serabut-serabut
elastin. Pada pembuluh yang lebih besar, vasa vasorum (pembuluh dalam
pembuluh) bercabang-cabang luas dalam adventitia.
4. Vasa vasorum memberikan metabolit-metabolit untuk adventitia dan tunika
media pembuluh-pembuluh besar, karena lapisan-lapisannya terlalu tebal untuk
diberi makanan oleh difusi dari aliran darah.
Aorta
Tunica intima: endothelium - sel berbentuk poligonal selapis, subendothelium -
serabut elastis, kolagen, fibroblast, sel-sel otot polos. Serabut elastis
membentuk membrana elastica interna, tidak sejelas pada arteri ukuran
medium, dan terlihat berlubang-lubang.
Tunica media: membrana fenestrata - dibentuk oleh serabut elastis, sel-sel otot
polos tampak pada jaringan ikat diantara membrana fenestrata.
Tunica adventitia: jaringan ikat longgar tipis vasa vasorum
Arteri
Berdasarkan ukurannya, arteri dapat diklasifikasikan menjadi (1) arteri besar atau
arteri elastis; (2) arteri ukuran sedang, arteri muskuler, dan (3) arteriola.
1. Arteri besar (arteri elastin) termasuk aorta dan cabang-cabang besarnya. Arteri
jenis ini mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: (1) Intima, dibatasi oleh sel-sel
endotel. Pada arteri besar membrana basalis subendotel kadang-kadang tidak
terlihat. Membrana elastika interna tidak selalu ada. (2) Lapisan media terdiri
atas serangkaian membran elastin yang tersusun konsentris. (3) Tunika adventitia tidak menunjukkan membrana externa, relatif tidak berkembang dan
mengandung serabut-serabut elastin dan kolagen.
2. Arteri ukuran sedang dan kecil memiliki lapisan muskuler yang tebal. Sel-sel
ini bercampur dengan sejumlah serabut elastin serta kolagen dan proteoglikan.
3. Arteriola merupakan pembuluh arteri yang paling kecil (halus), bergaris tengah
kurang dari 0,5 mm dan relatif mempunyai lumen yang sempit. Memiliki tunika
intima dengan tanpa lapisan subendotel dan umumnya tidak mempunyai
membrana elastik interna. Lapisan media adalah lapisan sel-sel otot polos yang
tersusun melingkar. Lapisan adventitia tipis, tidak berkembang dengan baik dan
tidak menunjukkan adanya membrana elastik externa.
Histofisiologi Arteri
Arteri besar juga dinamakan pengangkut karena fungsi utamanya adalah
mengangkut darah. Fungsi arteri ukuran sedang sebagai arteri penyalur yaitu untuk
menyediakan darah pada berbagai organ.
Perubahan arteriosklerosis pada umumnya mulai pada lapisan subendotel,
berjalan ke tunika media. Lesi lapisan intima dan lapisan tengah yang ditemukan
pada arteriosklerosis yang disertai dengan destruksi jaringan elastin dan akibatnya
kehilangan elastisitas adalah akibat gangguan sirkulasi yang berat.
Anastomosis Arteriovenosa
Hubungan langsung antara sirkulasi arteri dan vena. Anastomosis
arteriovenosa ini tersebar di seluruh tubuh dan umumnya terdapat pada pembuluhpembuluh
kecil berfungsi mengatur sirkulasi pada daerah tertentu, terutama pada
jari, kuku, dan telinga. Sistem ini mempunyai peranan pengaturan sirkulasi pada
berbagai organ dan berperanan pada beberapa fenomena fisiologi seperti
menstruasi, perlindungan terhadap suhu yang rendah, dan ereksi. Anastomosis
arteriovenosa banyak dipersyarafi oleh sistem syaraf simpatis dan parasimpatis.
Selain mengatur aliran darah pada berbagai organ, anastomosis ini mempunyai
fungsi termoregulator yang khususnya terbukti pada kulit ekstremitas.
Vena
Tunica intima: endothelium - selnya pipih selapis, subendothelium - jaringan ikat tipis langsung berhubungan dengan tunica adventitia. Tunica media: tidak ada. Tunica adventitia: jaringan ikat longgar dengan serabut colagen yang membentuk berkas-berkas longitudinal, sel fibroblast tampak diantaranya. selsel otot polos tampak pula.
Vena biasanya digolongkan menjadi:
1. Venula, garis tengah 0,2 – 1 mm, ditandai oleh tunika intima yang terdiri atas
endotel, tunika media tebal yang terdiri atas lapisan sel otot polos, dan lapisan
adventitia merupakan lapisan yang paling tebal, terdiri atas jaringan
penyambung yang kaya akan serabut-serabut kolagen.
2. Vena ukuran kecil atau sedang dan mempunyai garis tengah 1 – 9 mm. Tunika
intima biasanya mempunyai lapisan subendotel yang tipis, tetapi hal ini pada suatu saat mungkin tidak ada. Tunika media terdiri atas berkas-berkas kecil otot
polos yang bercampur dengan serabut-serabut kecil kolagen dan jala-jala halus
serabut elastin. Lapisan kolagen adventitia berkembang dengan baik.
3. Vena besar mempunyai tunika intima yang berkembang dengan baik. Tunika
media jauh lebih kecil, dengan sedikit sel-sel otot polos dan banyak jaringan
penyambung. Tunika adventitia adalah lapisan yang paling tebal dan pada
pembuluh yang paling besar dapat mengandung berkas-berkas longitudinal otot
polos. Di samping perbedaan lapisan ini, vena ukuran-kecil atau sedang
menunjukkan adanya katup-katup di dalamnya. Struktur ini terdiri atas 2 lipatan
semilunaris dari lapisan dalam pembuluh yang menonjol ke dalam lumen.
Mereka terdiri atas jaringan penyambung elastin dan dibatasi pada kedua sisinya
oleh endotel. Katup-katup khususnya banyak pada vena anggota badan (lengan
dan tungkai). Mereka mendorong darah vena ke arah jantung berkat kontraksi
otot-otot rangka yang terletak di sekitar vena.
Kapiler
Kapiler tersusun atas selapis sel endotel yang berasal dari mesenkim,
melingkar dalam bentuk tabung, mengelilingi ruang silindris, garis tengah rata-rata
kapiler berkisar dari 7 sampai 9 µm. Kapiler dapat dikelompokkan dalam 3 jenis
menurut struktur dinding sel endotel.
1. Kapiler kontinu. Susunan sel endotel rapat.
2. Kapiler fenestrata atau perforata ditandai oleh adanya pori-pori diantara sel
endotel. Kapiler perforata biasanya ditemukan dalam jaringan-jaringan dimana
terjadi pertukaran-pertukaran zat dengan cepat antara jaringan dan darah,
seperti yang terdapat pada ginjal, usus, dan kelenjar endokrin.
3. Kapiler sinusoid, berkelok-kelok dan garis tengahnya sangat besar (30-40 µm),
sirkulasi darah lambat, tidak memiliki dinding yang dibatasi kontinu oleh sel–
sel endotel, tetapi terbuka pada ruang–ruang antara sel, dan adanya sel dengan
dinding bulat selain sel endotel yang biasa dengan aktivitas fogositosis. Kapiler
sinusoid terutama ditemukan pada hati dan organ-organ hemopoetik seperti
sumsum tulang dan limpa. Struktur ini diduga bahwa pada kapiler sinusoid
pertukaran antar darah dan jaringan sangat dipermudah, sehingga cairan darah
dan makromolekul dapat berjalan dengan mudah bolak-balik antara kedua
ruangan tersebut.
Kapiler-kapiler beranastomosis (berhubungan satu dengan lainnya)
membentuk jala-jala antar arteri-arteri dan vena-vena kecil. Arteriol bercabang
menjadi pembuluh-pembuluh kecil yang mempunyai lapisan otot polos yang tidak
kontinu, yang disebut metarteriol. Metarteriol bercabang menjadi kapiler-kapiler
yang membentuk jala-jala. Konstriksi metarteriol membantu mengatur, tetapi tidak
menghentikan sama sekali sirkulasi dalam kapiler, dan mempertahankan perbedaan
tekanan dalam dua sistem. Suatu cincin sel-sel otot polos yang disebut sfinkter,
terdapat pada tempat asal kapiler dari metarteriol. Sfinkter prekapiler ini dapat
menghentikan sama sekali aliran darah dalam kapiler. Seluruh jala-jala tidak
berfungsi semua secara serempak, dan jumlah kapiler yang berfungsi dan terbuka
tidak hanya tergantung pada keadaan kontraksi metarteriol tetapi juga pada anastomosis arteriovenosa yang memungkinkan metarteriol langsung
mengosongkan darah kedala vena-vena kecil. Antar hubungan ini banyak sekali
pada otot rangka dan kulit tangan dan kaki. Bila pembuluh-pembuluh anastomis
arteriovenosa berkontraksi, semua darah harus berjalan melalui jala-jala kapiler.
Bila ia relaksasi, sebagian darah mengalir langsung ke vena bukan mengalir ke
dalam kapiler. Sirkulasi kapiler diatur oleh rangsang syaraf dan hormon.
Tubuh manusia luas permukaan jala-jala kapiler mendekati 6000 m². Garis
tengah totalnya kira-kira 800 kali lebih besar daripada garis tengah aorta. Suatu unit
volume cairan dalam kapiler berhubungan dengan luas permukaan yang lebih besar
daripada volume yang sama dalam bagian sistem lain. Aliran darah dalam aorta
rata-rata 320 mm/detik; dalam kapiler sekitar 0,3 mm/detik. Sistem kapiler dapat
dimisalkan dengan suatu danau di mana sungai-sungai masuk dan keluar;
dindingnya yang tipis dan alirannya yang lambat, kapiler merupakan tempat yang
cocok untuk pertukaran air dan solut antara darah dan jaringan-jaringan.
Morfologi Dasar Permeabilitas Kapiler
Tempat pertukaran zat-zat antara darah dan jaringan dan sebaliknya.
Permeabilitas kapiler dalam berbagai organ berbeda bermakna. Misalnya, pada
glomerulus ginjal, mereka kira-kira 100 kali lebih permeabel daripada kapilerkapiler
jaringan otot. Pada keadaan-keadaan abnormal, seperti peradangan,
penyuntikan bisa ular atau lebah, dan sebaginya, permeabilitas kapiler sangat
meningkat. Keadaan ini jelas merubah permeabilitas hubungan antara sel-sel
endotel. Dalam keadaan seperti ini, zat-zat koloid setebal elektron dapat ditemukan
berjalan dari lumen kapiler dan venula kecil masuk ke jaringan sekitarnya dengan
menembus hubungan sel-sel endotel. Leukosit dapat meninggalkan aliran darah
dengan lewat antara sel-sel endotel, dan masuk ruang jaringan dengan proses yang
dinamakan diapedesis.
Sistem Vaskuler Limfe
Pembuluh limfe, merupakan saluran tipis yang dibatasi endotel berperan
dalam pengumpulan cairan dari ruang-ruang jaringan dan mengembalikannya ke
darah. Cairan ini dinamakan cairan limfe. Limfe hanya beredar dalam satu arah,
yaitu ke arah jantung.
Kapiler limfe berasal dari berbagai jaringan sebagai pembuluh tipis dengan
ujung buntu. Mereka terdiri atas satu lapisan endotel. Pembuluh yang tipis ini
bergabung dan berakhir sebagai 2 batang besar, yaitu ductus thorasicus dan ductus
limphaticus dexter, yang mengosongkan limfe ke dalam peralihan vena jugularis
interna dengan vena jugularis interna dexter. Di antara pembuluh-pembuluh limfe
terdapat kelenjar-kelenjar limfe. Dengan pengecualian sistem syaraf dan sumsum
tulang, sistem limfe ditemukan pada hampir semua organ.
Pembuluh limfe mempunyai struktur yang mirip dengan vena kecuali
mereka mempunyai dinding yang lebih tipis dan tidak mempunyai batas yang nyata
antara ketiga lapisan (intima, media, dan adventitia). Seperti vena, mereka
mempunyai banyak katup-katup interna. Akan tetapi, katup-katup ini lebih banyak pada pembuluh limfe. Antara katup-katup pembuluh limfe melebar dan mempunyai
bentuk noduler.
Seperti vena, sirkulasi cairan limfe dibantu oleh kerja gaya eksterna
(misalnya kontraksi otot-otot sekitarnya) pada dindingnya. Gaya-gaya ini bekerja
secara tidak kontinu, dan aliran limfe terutama terjadi sebagai akibat adanya banyak
katup dalam pembuluh ini dan irama kontraksi otot-otot polos yang terdapat dalam
dindingnya.
Duktus limfaticus ukuran besar mempunyai struktur yang mirip dengan
vena dengan penguatan otot polos pada lapisan media. Pada lapisan ini, berkasberkas otot tersusun longitudinal dan sirkuler, dengan serabut-serabut longitudinal lebih banyak. Tunika Adventitia relatif kurang berkembang.
SEL-SEL DARAH
Darah dibentuk dari 2 bagian yaitu: elemen atau sel-sel darah, dan plasma.
Elemen tersusun atas sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan
trombosit. Darah adalah jaringan penyambung khusus yang terdiri atas sel-sel dan
banyak irterstitial ekstrasel. Serum darah susunannya sama seperti plasma kecuali
bahwa ia tidak mempunyai fibrinogen dan beberapa faktor-faktor protein yang
diperlukan untuk pembentukan bekuan dan mengandung serotonin yang jumlahnya
bertambah.
Darah yang dikumpulkan dan dicegah dari pembekuan dengan
menambahkan antikoagulan (heparin, sitrat, dan sebagainya), bila disentrifuge akan
terpisah, menjadi lapisan-lapisan yang menggambarkan heterogenitasnya. Hasil
yang diperoleh dengan sedimentasi ini, yang dilakukan dalam tabung gelas ukuran
standard adalah hematokrit.
Hematokrit memungkinkan memperkirakan volume kumpulan eritrosit per
unit volume darah. Nilai normalnya adalah 40-50% pada laki-laki dewasa, 35-45%
pada perempuan dewasa, kira-kira 35% pada anak-anak sampai berusia 20 tahun,
dan 45-60% pada bayi yang baru lahir. Cairan translusen, kekuningan dan sedikit
kental yang terletak di atas bila hematrokrit diukur adalah plasma darah. Bentuk
elemen darah terpisah dalam 2 lapisan yang mudah dibedakan. Lapisan bawah
menyatakan 42-47% seluruh volume darah terdapat dalam tabung hematrokit. Ia
berwarna merah dan dibentuk dari entrosit. Lapisan tepat di atasnya (1% volume
darah) yang berwarna putih atau kelabu, dinamakan buffy coat yang terdiri atas
leukosit dan trombosit.
Leukosit, sebagian diantaranya adalah fagositik, merupakan salah satu dari
pertahanan utama terhadap infeksi dan beredar ke seluruh tubuh melalui sistem
vaskuler darah. Dengan menembus dinding kapiler, sel-sel ini terkonsentrasi
dengan cepat dalam jaringan dan berpartisipasi pada peradangan. rbondioksida
Sistem vaskuler darah juga merupakan alat transport oksigen (O2); yang pertama terutama terikat pada hemoglobin eritrosit, sedangkan yang terakhir, selain terikat pada protein eritrosit (terutama hemoglobin), juga diangkut dalam bentuk larutan dalam plasma sebagai CO2 atau dalam bentuk HCO3.
Plasma mentransport metabolit-metabolit dari tempat absropsi atau
sintesisnya, menyalurkannya ke berbagai daerah organisma. Ia juga mentransport
sisa-sisa metabolisme, yang dibuang dari darah oleh organ-organ ekskresi. Darah,
merupakan alat distribusi hormon-hormon, memungkinkan pertukaran pesan-pesan
kimia antara organ-organ yang jauh untuk fungsi normal sel. Selanjutnya ia
berperanan dalam pengaturan distribusi panas dan keseimbangan asam-basa dan
osmotik.
Susunan plasma
Plasma adalah suatu larutan aqueous yang mengandung zat-zat dengan berat
molekul besar dan kecil yang merupakan 10% volumenya.
1. Protein-protein plasma merupakan 7%
2. Garam-garam anorganik 0,9%
3. Sisanya yang 10% terdiri atas beberapa senyawa organik dari berbagai asal –
asam amino, vitamin, hormon, lipid, dan sebagainya.
Melalui dinding kapiler plasma berada dalam keadaan keseimbangan
dengan cairan interstitial jaringan. Susunan plasma biasanya merupakan indikator
susunan rata-rata cairan ekstrasel pada umumnya.
Protein-protein plasma dapat dipisahkan pada ultrasentrifuge atau dengan
elektroforesis menjadi albumin; alfa, beta dan gama globulin; dan fibrinogen.
Albumin adalah komponen utama dan mempunyai peranan utama mempertahankan
tekanan ostomotik darah. Gama globulin adalah antibodi dan dinamakan
imunoglobulin. Fibrinogen diperlukan untuk pembentukan fibrin dalam langkah
terakhir pembekuan.
Beberapa zat yang tidak larut, atau hanya sedikit larut dalam air dapat
ditransport oleh plasma karena mereka berikatan dengan albumin atau dengan alfa
dan beta globulin. Misalnya, lipid tidak larut dalam plasma, tetapi berikatan dengan
bagian hidrofobik molekul protein. Karena molekul ini juga mempunyai bagian
hidrofilik, kompleks lipid-protein larut dalam air.
Sel-sel darah umumnya dipelajari dalam sediaan apus atau sediaan dengan
menyebarkan setetes darah dengan tipis di atas slide mikroskop. Darah harus
tersebar rata di atas slide dan dibiarkan mengering dengan cepat di udara. Pada
lapisan seperti ini sel-sel terlihat dengan jelas dan berbeda satu sama lain.
Sitoplasmanya terentang, sehingga mempermudah observasi inti dan organisasi
sitoplasmanya.
Elemen-Elemen Darah
1. Eritrosit
Eritrosit mamalia tidak memiliki inti, dan pada manusia berbentuk cakram
bikonkav dengan garis tengah 7,2 µm (gambar 13-4). Eritrosit dengan garis tengah
yang lebih besar dari 9 µm dinamakan makrosit, dan yang mempunyai garis tengah
kurang dari 6 µm dinamakan mikrosit. Bentuk bikonkav menyebabkan eritrosit
mempunyai permukaan yang luas sehingga mempermudah pertukaran gas. Eritrosit
manusia dapat hidup (life span) dalam sirkulasi sekitar 120 hari. Eritrosit yang
tidak digunakan dibuang dari sirkulasi oleh sel-sel limpa dan sumsum tulang.
Konsentrasi normal eritrosit dalam darah sekitar 4,5-5 juta/µL pada wanita dan 5
juta/µL pada pria. Eritrosit kaya akan hemoglobin. Molekul hemoglobin (suatu
conjugated protein) terdiri atas 4 subunit, masing-masing mengandung gugus heme
yang dihubungkan dengan suatu polipeptida. Gugus heme adalah suatu derivat
porfirin yang mengandung besi dalam bentuk ferro (Fe
).
2+
2. Leukosit
Berdasarkan granula (buitran-butiran) spesifik pada sitoplasmanya, sel-sel
darah putih digolongkan dalam 2 kelompok: granulosit dan agranulosit.
Berdasarkan morfologi inti leukosit juga dapat dibagi dalam sel-sel
polimorfonuklear dan mononuklear dipandang. Selain itu, mereka dapat
digolongkan berdasarkan asal mula sebagai sel-sel mieloid atau limfoid, tergantung
dari asalnya.
Granulosit mempunyai bentuk inti tidak teratur, dalam sitoplasma terdapat
granula spesifik yang dinamakan – neutrofil, eosinofil, basofil. Agranulosit
mempunyai inti dengan bentuk teratur, sitoplasma tidak mempunyai granulagranula
nonspesifik, tetapi mungkin mempunyai granula-granula nonspesifik khas
seperti granula azurofilik yang juga terdapat dalam leukosit lainnya. Tergantung
pada bentuk intinya dan sifat pewarnaan sitoplasma, agranulosit dapat digolongkan
sebagai limfosit atau monosit.
Leukosit berperanan dalam pertahanan seluler dan humoral organisme
terhadap zat-zat asing. Bila tersuspensi dalam sirkulasi darah mereka berbentuk
sferis tetapi mampu berubah menjadi seperti amoeba bila menemukan substrat
padat. Melalui proses diapedesis leukosit dapat meninggalkan kapiler dengan
menerobos antara sel-sel endotel dan menembus ke dalam jaringan penyambung.
Jumlah leukosit dalam jaringan penyambung demikian banyak sehingga mereka
dianggap merupakan komponen seluler normal jaringan tersebut. Jumlah leukosit
per mikroliter (µL) darah pada orang dewasa normal adalah 4-11 ribu.
3. Neutrofil
Neutrofil memiliki satu inti yang terdiri atas 2-5 lobus (bersegmen)
biasanya 3 lobus satu sama lain saling dikaitkan oleh benang-benang halus
kromatin. Neutrofil berperan didalam garis depan pertahanan seluler terhadap
invasi kuman-kuman. Neutrofil mengfagosit partikel-partikel kecil dengan aktif,
dan hal ini mungkin disebabkan spesialisasi membrannya untuk proses ini. Sel-sel
yang tidak aktif berbentuk sferis, tetapi waktu beredar bentuknya berubah, dimana
mereka bermigrasi dengan pseudopodia.
4. Eosinofil
Eosinofil jumlahnya jauh lebih sedikit daripada neutrofil, hanya 1- 4%
leukosit dalam darah normal. Inti biasanya berlobus dua. Ciri khas eosinofil adalah
adanya granula ovoid yang diwarnai merah oleh eosin (granula asidofilik).
Eosinofil mampu melakukan gerakan amoeboid dan mampu melakukan fagositosis,
walaupun fagositosisnya lebih lambat tetapi lebih selektif daripada neutrofil. Fungsi
eosinofil untuk melakukan fagositosis selektif terhadap kompleks antigen-antibodi.
Infeksi oleh parasit.
5. Basofil
Jumlah basofil hanya 0-1% dari leukosit darah. Basofil mempunyai satu inti
besar dengan bentuk pilinan ireguler, umumnya dalam bentuk huruf S. Sitoplasma
basofil terisi oleh granula-granula yang lebih besar daripada granula yang terdapat
dalam granulosit lainnya. Granula-granula ini bentuknya ireguler. Dalam keadaan
tertentu, basofil merupakan jenis sel utama pada tempat peradangan. Keadaan ini
dinamakan hipersensitivitas kulit (alergi) basofil. Seperti granulosit lainnya, basofil
mampu bergerak amoeboid dan melakukan fagositosis, walaupun dalam hal ini
mereka tidak sangat aktif.
6. Limfosit
Limfosit merupakan sel sferis dengan garis tengah 6-8 µm, dikenal sebagai
limfosit kecil. Sitoplasma limfosit kecil sedikit sekali, dan pada sediaan apus darah
tampak sebagai lingkaran sekitar inti. Klasifikasi limfosit berdasarkan tanda-tanda
molekuler khusus pada permukaan membran sel-sel tersebut. Beberapa diantaranya
membawa reseptor seperti imunoglobulin yang mengikat antigen spesifik pada
membrannya yang tidak terdapat pada lainnya, dan mereka juga menunjukkan
perbedaan letak dan kelas imunoglobulin yang mereka kandung.
Terdapat pembagian fungsi limfosit. Sel-sel prekursor yang terdapat dalam
sumsum tulang pada kehidupan fetus yang lanjut dan postnatal mampu
mengadakan perbedaan dan menjadi sel-sel imunokompeten pada tempat-tempat di
luar sumsum tulang. Pada burung, diferensiasi ini terjadi dalam 2 tempat yang
berbeda : bursa Fabricius dan timus. Bursa Fabricius merupakan suatu massa
jaringan limfoid dalam kloaka burung progenitor limfosit berdiferensiasi menjadi
sel-sel plasma, yang menghasilkan antibodi – imunoglobulin – terhadap antigen
spesifik. Mereka berperanan dalam kekebalan humoral tubuh. Limfosit-limfosit ini
dinamakan limfosit B (bursa-dependent). Pada mamalia, bursa Fabricius tidak ada,
tetapi sel-sel progenitor sumsum berdiferensiasi menjadi sel-sel B dalam daerah
yang bursa equivalen, suatu daerah yang belum diketahui dengan pasti yang
dihubungkan dengan saluran pencernaan atau dengan sumsum tulang itu sendiri.
Sel plasma dan sel memori yang dapat menghasilkan antibodi (immunoglobulin).
Timus, “undifferentiated lymphosites” yang berasal dari sumsum tulang
dirangsang menjadi sel-sel progenitor yang berfungsi dalam kekebalan seluler
organisma. Limfosit-limfosit ini dinamakan limfosit T (Thymus dependent).
Timus dan bursa ekuivalen pada mamalia dinamakan organ limfoid sentral,
dan limfosit berdiferensiasi dalam daerah-daerah koloni organ tubuh lain ini di
mana jaringan limfoid ditemukan berkapsul, difus, atau dalam bentuk organ.
Dalam darah, sebagian besar limfosit adalah sel-sel T dan bertanggung
jawab terhadap reaksi-reaksi imun yang diperantarai sel tidak tergantung pada
antibodi yang beredar bebas.
Penolakan cangkokan adalah suatu contoh reaksi imun yang diperantarai
sel. Pada jenis respon imun ini. Limfosit T langsung mengikat sel-sel asing dan
menghasilkan faktor-faktor yang bekerja pada cangkokan sel yang terdapat di sekitarnya. Berdasarkan alasan ini, reaksi-reaksi yang diperantarai sel yang
berlangsung bila limfosit T itu sendiri terdapat mengeluarkan faktor-faktor tersebut
dalam lingkungan sekitarnya. Limfosit T memegang peranan penting dalam
penentuan tipe dan jumlah antibodi yang dihasilkan oleh beberapa limfosit B.
Limfosit B menimbulkan memory cells. Ini adalah limfosit yang
sebelumnya telah terkena antigen tetapi tidak berdiferensiasi menjadi sel-sel
plasma. Bila mereka kelak mengadakan kontak dengan antigen yang sama lagi, selsel
yang teraktivitas ini dengan cepat membelah beberapa kali secara mitosis dan
menghasilkan sel-sel plasma yang mensintesis antibodi terhadap antigen.
Memory cells menerangkan mengapa penyuntikan ke dua antigen diikuti
oleh suatu pembentukan antibodi yang lebih tinggi dan lebih cepat daripada
penyuntikan pertama. Memory cells juga berasal dari limfosit T, yang juga bereaksi
dan proliferasi setelah kontak dengan suatu antigen yang sebelumnya mereka
pernah berkontak. Ringkasnya, limfosit T dan B keduanya berperanan dalam
immunologic memory.
7. Monosit
granulosit yang berasal dari sumsum tulang ini mempunyai garis tengah
yang berkisar dari 9-12 µm. Inti oval, berbentuk tapal kaki kuda, atau berbentuk
ginjal dan umumnya terletak konsentris. Sitoplasma monosit adalah basofilik dan
sering kali mengandung granula azurofilik yang sangat halus, sebagian diantaranya
dalam batas-batas resolusi mikroskop optik. Granula-granula ini dapat tersebar di
seluruh sitoplasma, memberikan warna abu-abu kebiru-biruan pada sediaan hapus
yang diwarnai. Granula azurofilik monosit adalah lisosom. Aparatus Golgi yang
berkembang dengan baik berperanan dalam sintesis granula-granula yang
menyerupai lisosom terdapat dalam sitoplasma. Biasanya ditemukan mikrofilamen
dan mikrotubulus pada daerah dekat identasi inti. Ditemukan banyak mikrovilli dan
vesikel-vesikel pinositotik pada permukaan sel.
Monosit ditemukan dalam darah, jaringan penyambung, dan rongga-rongga
tubuh. Mereka tergolong sistem fagositik mononuklear (sistem retikuloendotel) dan
mempunyai tempat-tempat reseptor pada permukaan membrannya untuk
imunoglobulin dan komplemen. Monosit beredar melalui aliran darah dan mampu
menembus dinding kapiler, masuk ke dalam jaringan penyambung, dan
berdiferensiasi menjadi sel-sel fagositik sistem makrofag
TROMBOSIT
Kepingan darah (trombosit) adalah sel tak berinti, berbentuk cakram dengan
garis tengah 2-5 µm. Keping darah berasal dari pertunasan sel raksasa berinti
banyak megakariosit yang terdapat dalam sumsum tulang. Jumlah normal berkisar
dari 150.000 – 300.000 µL darah. Sebagai indikator demam berdarah dengue
(DBD). Setelah masuk aliran darah, kepingan darah mempunyai masa hidup sekitar 8 hari.
Fungsinya untuk penjendalan darah. Mekanismenya: Setelah pembuluh
darah pecah, tombosit pecah dalam daerah cedera mengeluarkan granula yang
mengandung serotonin. Serotonin akan menyebabkan mengakibatkan
vasokonstriksi kontraksi otot polos vaskuler, menghambat atau menghentikan
aliran darah dalam daerah cedera. Trombosit dengan mudah melekat pada kolagen
yang terbuka pada tempat cedera dan, bersamaan dengan kerusakan sel-sel endotel,
mengeluarkan enzim tromboplastin (trombokinase). Dalam suatu rangkaian reaksi,
tromboplastin secara enzimatik mengubah protombin plasma menjadi trombin,
yang selanjutnya mengubah fibrinogen menjadi fibrin. Protrobin dan fibrinogen
keduanya disintesis oleh hati dan dikeluarkan ke dalam darah. Setelah
pembentukannya, fibrin berpolimerisasi menjadi matriks fibriler yang menangkap
trombosit-trombosit dan sel-sel darah dan menimbulkan sumbatan hemostatik,
dasar dari bekuan darah (trombus).
Trombosit juga mengeluarkan trombotenin, suatu protein kontraktil yang
digabungkan dalam bekuan dan menyebabkan retraksi bekuan. Lisosom trombosit
selanjutnya dapat memegang peranan dalam lisis bekuan setelah penyembuhan
SISTEM FAGOSIT MONOKULER
(Sistem retikuloendotel, RES)
Sel-sel sistem fagosit mononuklear yang mempunyai tempat-tempat
reseptor bagi imunoglobulin pada membran plasmanya, berasal dari sumsum tulang
dalam bentuk promonosit dan monosit. Apakah sel-sel mikroglia jaringan syaraf
sebaiknya dimasukkan sebagai bagian dari sistem fagositik mononuklear masih
belum pasti. Sel-sel fagositik bulat yang ditemukan dalam jaringan syaraf yang
meradang diduga berasal dari sel-sel mikroglia, tetapi pandangan ini tidak diterima
secara universal. Sebagian besar bukti menunjukkan bahwa sel-sel fagositik ini
adalah makrofag yang berasal dari monosit darah yang bermigrasi melalui dinding
pembuluh darah.
Sistem Limfe
Sistem limfe tersusun atas:
1. Saluran-saluran berujung buntu, kapiler-kapiler limfe yang lambat laun
beranastomosis dalam pembuluh-pembuluh yang secara teratur ukurannya bertambah dan berakhir pada sistem vaskuler darah, bermuara ke dalam venavena besar dekat jantung.
2. Fungsi dari limfe adalah untuk mengembalikan cairan dari pada ruang-ruang
jaringan ke dalam darah, yang pada penembusan kapiler-kapiler limfe
menambah pembentukan bagian cair limfe dan dengan melewatkan melalui
organ-organ limfoid, menambah limfosit dan faktor-faktor imunologis lain ke
dalam sirkulasi.
Sistem Limfoid
Sistem limfoid terdiri atas sel-sel dan organ-organ yang melindungi
lingkungan interna dari invasi dan kerusakan oleh zat-zat asing, sehingga sel-sel
sistem ini dikenal sebagai sel-sel imunokompeten, karena mempunyai kemampuan
membedakan miliknya sendiri dari yang bukan miliknya sendiri (benda-benda
asing) dan menyelenggarakan inaktivasi atau destruksi benda-benda asing. Sistem
ini terdiri atas sel-sel yang bergerak dan menetap. Limfosit dan makrofag
merupakan sel-sel utama yang bergerak, sedangkan retikuloendotel dan sel-sel
plasma adalah unsur utama sel yang menetap. Organ-organ limfatik umumnya
terdiri atas jaringan penyambung yang diliputi jala-jala sel dan serabut-serabut
retikuler di mana di dalamnya terdapat limfosit, sel-sel plasma, makrofag, dan
dalam arti yang lebih sempit, sel-sel imunokompeten lainnya.
Sistem imun terdiri atas organ limfatik (timus, limpa, tonsil, kelenjar limfe),
limfosit darah dan cairan limfe, dan kumpulan limfosit dan sel-sel plasma yang
tersebar di seluruh jaringan penyambung tetapi paling menyolok pada pembatas
saluran pencernaan dan pernapasan. Sistem ini melindungi tubuh terhadap bendabenda
asing (bukan miliknya sendiri) yang menembus barier pertahanan lain
(misalnya, kulit) dan masuk sebagai molekul-milekul bebas atau sebagai bagian
dari mikroorganisme invasif. Ia juga mengenal struktur-struktur yang menyimpang
dari kebiasaan yang bukan miliknya sendiri yang berasal dalam tubuh seperti sel-sel
maligna. Akibat dari makromolekul yang tidak biasa ini (bukan miliknya sendiri)
sistem ini menimbulkan reaksi imun.
Jaringan Limfoid
Noduli limfatisi—juga dinamakan folikel-folikel limfatik—dapat
ditemukan terisolasi dalam jaraingan penyambung jarang beberapa jaringan,
terutama dalam lamina prpria saluran pencernaan, saluran pernapasan bagian atas,
dan saluran kemih. Noduli tidak mempunyai kapsul jaringan penyambung dan
dapat ditemukan dalam kelompokan yang membentuk timbunan seperti agmen
Peyer dalam ileum. Nodulus adalah struktur sementara dan dapat menghilang dan
timbul kembali pada tempat yang sama.
Tiap-tiap noduli limfatisi adalah suatu struktur bulat yang dapat mempunyai
garis tengah 0,2-1 mm (gambar 15-1 dan 15-2). Pada potongan histologis, noduli
sangat diwarnai oleh hematoksilin sebagai akibat adanya limfosit dalam jumlah
yang banyak, mempunyai inti basofilik dengan kromatin padat dan korona dari
sitoplasma basofilik yang sempit. Bagian dalam nodulus sering menunjukkan
daerah yang lebih pucat pada pewarnaan yang dinamakan sentrum germinativum
(gambar 15-1). Perbedaan dalam pewarnaan pada sentrum germinativum ini
disebabkan karena adanya limfosit yang aktif (imunoblast) yang menunjukkan
sitoplasma yang banyak, berwarna pucat pada pewarnaan dan inti yang besar, aktif,
eukromatik; berdasarkan alasan ini, ia berbeda dengan limfosit yang lebih kecil
yang mempunyai inti yang lebih gelap dan menyolok di pinggir nodulus, yang tidak
berbatas jelas. Sekarang, banyak sel-sel dalam sentrum germinativum dapat
menunjukkan gambaran mitosis. Adanya sentrum germinativum dapat timbul dan
hilang dari nodulus sesuai dengan tingkat fungsionalnya.
Dalam nodulus yang fase kematangannya berbeda, terdapat sel-sel bebas
yang menyolok, terutama limfoblast; limfosit kecil, sedang, dan besar; imunoblast;
dan sel-sel plasma.
Aktivitas nodulus limfatikus tergantung pada beberapa faktor termasuk efek
flora bakteri. Pada binatang yang diletakkan dalam keadaan steril, noduli dengan
sentrum germinativum jarang ditemukan. Keadaan yang berlawanan terjadi pada
beberapa infeksi, di mana pembentukan limfosit meningkat dan sentrum
germinativum sering ditemukan.
Pada bayi yang baru lahir serta pada binatang yang tumbuh dalam
lingkungan aseptik, noduli limfatisi sangat jarang, yang menunjukkan bahwa
pembentukannya tergantung pada rangsang antigenik. Pada peradangan lokal,
terdapat peningkatan jumlah noduli limfatisi yang dekat dengan tempat yang
meradang, dan sebagian besar noduli mempunyai sentrum germinativum.
Kelenjar Limfe
Kelenjar limfe adalah organ berkapsul yang berbentuk seperti kacang yang
terdiri atas jaringan limfoid. Kelenjar limfe tersebar di seluruh tubuh, sepanjang
perjalanan pembuluh limfe yang membawa cairan limfe ke dalam duktus thoracicus
dan duktus limphaticus dexter. Kelenjar limfe ditemukan dalam axilla dan
sktrotum, sepanjang pembuluh-pembuluh besar leher, dan dalam jumlah besar
dalam thorax, abdomen dan khususnya dalam mesenterium.
Kelenjar limfe terdiri atas serangkaian garis-garis filter, di mana semua
cairan jaringan yang berasal dari cairan limfe difiltrasi paling tidak pada satu
kelenjar, sebelum ia kembali ke sistem sirkulasi. Kelenjar limfe berbentuk ginjal
mempunyai bagian yang konveks dan suatu depresi, hilus, melalui mana arteri dan
syaraf menembus menembus dan vena meninggalkan organ. Cairan limfe
menembus kelenjar limfe melalui pembuluh limfe aferen yang masuk pada
permukaan konfeks organ, dan cairan limfe ke luar melalui pembuluh limfe eferen
hilus. Tiap nodus limfatikus mempunyai bagian korteks dan medula. Korteks nodus
limfatikus mengandung kelompokan limfosit dan sel-sel retikuler yang padat, yang
dikenal sebagai noduli limfatisi. Di samping daerah korteks dan medula yang
merupakan 2 daerah yang secara klasik dikemukakan, terdapat zona parakorteks,
secara morfologis sukar didefinisikan tetapi secara fungsional jelas. Pada dasarnya,
zona parakorteks terdiri atas jaringan limfoid padat yang terletak pada daerah
juxtamedula (yaitu pada perbatasan koerteks dan medula). Limfosit zona
parakorteks—limfosit T—mempunyai sifat-sifat khusus yang membuat mereka
berbedar dari limfosit-limfosit nodus limfatikus lainnya, limfosit B.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar